Senin, 18 Februari 2013

Surat Kedua Untuk Mbah Kung (A Year Passed)

Untuk: Mbah Kung yg sangat aku rindu.

Satu tahun berlalu sejak 19 Februari 2012.
Duka ini masih terasa perih.
Rindu ini terus terukir dalam.
Air mata belum mampu sembunyi saat kenangan indah memasuki ruang ingat.

Pekan libur sekolah kulalui bersama Mbah Kung, menikmati sejuknya hujan di sore hari.

Mbah Kung selalu menyanyikan alunan nada dengan suara khasnya sambil memelukku hangat.

Mbah Kung selalu duduk di teras rumah dan menungguku pulang.

Mbah Kung paling khawatir kalau aku tidur terlalu malam.

Kau tau, Mbah Kung pernah menangis memelukku hanya untuk menahanku pergi. Agar aku tetap disisinya.

YaaAllah, begitu banyak kenangan bersama Mbah Kung.

Namun sekarang...
Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru, semua terasa hampa tanpa hembusan nafas beliau.

Kini... tak akan ada lagi tawa cerianya.
Tak akan ada lagi irama bicaranya.
Tak akan ada lagi senyum bersahajanya.
Tak akan ada lagi seni langkah kakinya.
Tak akan ada lagi bayangan tubuhnya.
Tak akan ada lagi hangat peluknya.
Tak akan ada lagi sentuhan kasih sayangnya.

Jasadnya sudah terbenam oleh tanah kering.
Jiwanya sudah istirahat dng tenang.
Tugasnya di dunia sudah selesai.

Aku merasa paling kehilangan.
Aku berharap bisa terbangun dari mimpi seburuk ini.
Jiwa ragaku belum mampu menerima takdir Illahi.
Hanya waktu yg mampu menguatkan, mengikhlaskan, dan merelakannya.

Darahnya tetap mengalir di tubuhku.
Kasih sayangnya tetap tumbuh di jiwaku.

Mbah Kung...
Terima kasih untuk semuaaa hal terbaik selama ini.
Maaf kalau kakak gak sempet membahagiakan Mbah.
Semoga kita dipertemukan lagi di surga-Nya kelak, aamiin.

Kakak sayang Mbah.
Kangen banget dipeluk Mbah.
Tunggu kakak yaa, Mbah.

Dengan deras air mata di pipi,
Rindu tak  berbatas,
Kakak Nabila :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar