Sabtu, 08 Agustus 2015

My Thoughts About POLIGAMY



Hi, semua! Alhamdulillah, I’m on the good mood to write something here hehe. 

Yap, kali ini kita akan bahas tentang “Poligamy on my point of view”.  Perempuan mana yang tak mendambakan kisah cintanya seperti fairytale? Being loved by the dream Prince, get married, and happily ever after. Dulu, saya berpikir bahwa Poligamy is unfair so that Poligamy means unfairytale. Then when I was kid, I got the inspiration from “Ketika Cinta Bertasbih” by Habiburrahman El-Shirazy. Seperti halnya Anna Althafunnisa dalam fiksi tersebut, saya merencanakan untuk memberi syarat kepada calon suami saya kelak. Syaratnya sederhana; Selama saya masih menjadi istrinya dan masih sanggup menjalankan tugas saya sebagai seorang istri, saya tak ingin dimadu. Maka apabila ia menikahi wanita lain, jatuhlah talaknya bagi saya saat itu juga. Does it mean I ignore Poligamy? Tidak, bagaimanapun saya menerima bahwa Poligami adalah sunah yang baik diamalkan oleh orang-orang yang tepat karena tak sembarang orang mampu menjalani kehidupan Poligami dengan baik. Pada intinya, saya hanya ingin menjadi seperti Khadijah rha dan Fatimah Azzahra yang selama hidupnya tak pernah dimadu oleh Rasulullah sallallahu’alayhi wassalaam dan Ali ra.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai memahami mengapa Allah memperbolehkan seorang lelaki menikahi lebih dari satu istri. Jumlah wanita saat ini lebih banyak daripada jumlah laki-laki. Which means akan sangat banyak wanita yang kesepian. Hal ini dapat saya buktikan sendiri dengan kondisi lapangan; saya mengenal lebih banyak saudari-saudari saya yang belum menikah di usia yang mulai mengkhawatirkan. Padahal, fenomena ini bisa dikatakan berbahaya. Mereka ini bisa saja menjadi wanita perusak rumah tangga orang lain, disorientasi seksual, atau bahkan wanita penggoda. Naudzubillahi min dzaliik. Maka, tak sedikit dari mereka yang sampai hati mengemis kepada wanita lain agar berbaik hati untuk berbagi sampan dengannya. Hal tersebut mereka lakukan demi menjaga kehormatannya juga. Mengapa demikian? Karena sudah menjadi kodrat perempuan untuk membutuhkan lelaki sebagai sosok pelindung, sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S Annisa; Arrijaluu qawwamu ‘alannisaa. Bagaimana? Masih tega bersikap egois? Masih belum bisa untuk berempati, bagaimana bila kita berada di posisi mereka?

Selain itu, sadarilah wahai saudariku, Allah menciptakan laki-laki suatu kelebihan yang tak diberikan kepada wanita. One in million yang benar-benar siap menggenggam komitmen setia untuk bahagia bersama satu wanita selama hidupnya. One in billion yang benar-benar merasa cukup dan sangat mensyukuri karunia Allah walau hanya dengan satu istri, lalu ia menjaga-mendidik-mencintai istrinya sepenuh hati dengan kesanggupan terbaiknya mashaaAllah. Hadirnya Poligami inshaaAllah akan membantu para lelaki untuk lebih mudah menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya.  

Dengan Poligami, para suami dituntut adil dalam menafkahi dan memenuhi hak istri-istrinya. Tentu ini bukan perkara mudah bagi seorang lelaki. Dengan Poligami, para wanita dituntut untuk ikhlas dan sabar dalam berbagi seseorang yang mungkin paling berharga – paling ia cinta dalam hidupnya. Di sisi lain, ini sebuah keuntungan besar bagi seorang wanita, bagi orang yang memahami. Dengan Poligami, para wanita akan lebih mudah mendekatkan diri pada Rabbnya. Ketika suami sedang bersama istri yang lain, maka ia dapat menggunakan waktu luangnya untuk berdzikir, tilawah, membaca Al-Qur’an, membaca buku, mempererat kedekatan dengan anak-anaknya, dan hal-hal bermanfaat lainnya. Sehingga, waktunya dengan Allah lebih banyak, dan seiring waktu cintanya pada Allah pun melebihi cintanya pada apapun-pada siapapun, termasuk suaminya. See? Masih mau memusuhi Poligami? Apa sih tujuan kita hidup di dunia ini selain untuk beribadah kepada Allah? Let’s struggel for akhira over dunya ^^

Sebelum tulisan ini diakhiri, izinkan saya untuk menyisipkan curcol yaa hehe. 

I dreamt to have my own fairytale. A year ago, I was so excited to met someone that I thought he’s my dream prince charming. I found almost everything I dreamt of my dream prince charming on him. I was overwhelmed by the way he treated me like a princess, and even he said he wanted to marry me. He successed to make me sure that I’m the only one that he was looking for, that he wanted for the rest of his life. Cause when I told him like it’s ok if he would marry any other girls after me, he said never. Until at the first day of Ramadan of this year, I would never forget it, he told and asked me about Poligamy things. I said it’s ok, but actually he broke me into pieces. I couldn’t stop crying, I cried all night long all day long. Then I realized that Poligamy isn’t as easy as I thought. It’s sooo hard even just on imagination, and worse is cause I already love him so much. I needed times to trust him back, I tried my best to don’t hate Poligamy. I don’t want to hate sunah anyway. And yesterday, we talked about Poligamy again. It end up with he would do Poligamy if it’s possible inshaaAllah. 

Does it mean I’m ready? Not really ready yet actually. I just wanna try it. I expected that we would hold one another hands through ups and downs of life till we’ll finally meet again in Jannah. If he want to hold other hands too, why should I keep him holding only my hands? If just me is not enough for him, I could do nothing. The best would be let him get his dreams, his happiness. Cause when you willingly give up your own happiness for someone else, that is the sign of true love. I would never ask or even force him to love me as much as I did, I just want to be sakinah with him, that’s why I would do my best just for him. But if the time when he would marry girls after me comes, then it would no hope anymore to be mawadah with him. Cause it’s highly possible that I would think that there’s no ar-rahmah anymore between us. Ah no, I would never decide to divorce. Never. I would stay even it would be not easy inshaaAllah. Divorce is allowed, but Allah hates it so much. I would stay cause Allah for my lovely kids. I would still do my best for him cause of Allah. I would always want and strive for Jannah anyway, even I should struggle for it alone. Nothing would change the way I would treat my husband. However Poligamy would never stop me from striving for Jannah. People change, things go wrong, but just remember that life goes on.

Honestly, I still don’t understand how is my feeling, what I want, and what would I do. All I want is being better each time. 

And now, before the time comes, I should prepare myself. So, when the time really comes, I would be well prepared hihi

I think, one day he would say that he would never do Poligamy if it would hurt me. Or he would say that he would make me the only one on his life. He would say sweet things and do sweet things to proof it. Well, thanks, I would never trust it. Cause hi girls, simply we can’t trust any men anymore. Now, in my mind is, naturally no man can stand with only one woman.

To you, my future husband, who reads this. Yes, you. I know I’ve tried this sooo many times, but I would never give up easily. I would always try to be independent, I promise I would be independent soon. Nothing should be argue, nothing to fight to. I told you I’ve totally changed, and I’ve really changed. I would never force you to stay and still want me. Once more, I let you to decide :D

Dah, akhirnya selesai juga. Moga bermanfaat dan bisa sedikit mencerahkan hihi aamiin



With love,
Nabila

Jumat, 05 Desember 2014

Q&A part 1

Gimana sih kriteria suami idaman lu? Udah pernah nemu belum?
Ini pertanyaan udah lama banget dan questions sejenis juga lumayan banyak yang masuk. Sempet dijawab, terus gue delete dengan niat bakal gue jawab lagi di lain kesempatan. Gue coba re-answer sekarang yaa.

Gue pengen banget punya suami yang sholeh. Takut pada Allah, meneladani Rasulullah, dan mengamalkan Al-Qur’an & As-sunah dengan baik. Ini gak bisa ditawar, syarat mutlak. Gue tipe perempuan yang mau dan senang dibimbing atau diarahkan, jadi gue butuh suami yang mampu membimbing gue menjadi sebaik-baik perhiasan dunia miliknya dan mampu menuntun gue menuju Jannah bersamanya. Itu aja sih intinya. Kalau syarat “langitan” sudah terpenuhi, insyaaAllah kebaikan lainnya akan mengikuti ^^

Sebenernya, gue termasuk tipe yang pemilih banget. Cos it’s once for a lifetime, right?

Gue pengen punya suami yang rajin sholat fardhu berjama’ah di masjid. Nah ini dia kenapa gue nyari suami yang pekerjaannya fleksibel karena gue juga mau suami gue punya waktu untuk qiyamul lail, sholat dhuha, dan tilawah bareng gue setiap hari. Gue mau punya suami yang berpikir dan bersikap dewasa karena ia tak hanya harus menjadi suami siaga, tapi juga  harus mampu menjadi Ayah yang terbaik bagi anak-anak gue nanti. Gue gak butuh suami dengan jabatan tinggi, cukup memiliki kewibawaan dan kharisma.Gue mau punya suami yang paling dermawan untuk bersedekah, makanya suami gue harus sejahtera karena ia pandai dan giat mencari rizki untuk menafkahi keluarganya hehe. Tapi tetap tawadhu meskipun rizki melimpah. Gue tipe perempuan yang suka banget kalau lagi dicemburuin, makanya gue berharap banget suami gue bakal protektif banget dan romantis dan bahkan nyuruh gue jadi ibu rumah tangga aja atau boleh kerja asal gak keluar rumah. Gue orangnya manja banget, jadi gue butuh suami yang sabar dan pengertian. Bagi gue, hal terpenting untuk keharmonisan sebuah hubungan adalah komunikasi. So, gue mau suami gue nanti percaya untuk terbuka dan jujur ke gue tentang apapun. Gue suka banget jalan-jalan, makanya gue pengen banget punya suami yang hobi traveling juga. Kan seru kalau bisa sering honeymoon sekalian menjelajahi tempat baru hehe. Suara gue fals dan gak bisa alat musik, tapi gue pengen banget punya suami yang suaranya enak didenger, apalagi kalau lagi tilawah, dan minimal bisa main gitar lah. Gue bukan atlet, tapi gue pengen punya suami yang senang olah raga, minimal bisa renang. Yaa, gue  gak suka cowok berotot kaya Ade Rai juga sih.
Secara fisik? Lebih tinggi dari gue, wajah dan penampilannya enak diliat dan lelaki berjenggot itu ketampanannya meningkat 1000% di mata gue haha. Gue gak suka banget sama cowok perokok, apalagi sampe berani minum minuman keras, pengguna narkoba atau bahkan seks bebas hiiiiiiiiiii. Gue perempuan yang egois banget, gak bisa berbagi suami, makanya gue butuh suami yang setia dan gak berniat poligami

The last, but not least, mau sesempurna apapun ia, kalau tak bisa menberi rasa nyaman dan aman, tak aka nada guna ^^

Gue beberapa kali pernah mengira bahwa gue telah menemukan “suami idaman” gue, tapi sampai saat ini belum ada yang bener-bener pas di hati. Mohon do’anya agar gue segera dipertemukan dengan jodohnya yaa haha aamiin.



Berhijab syar’i gak takut seret jodoh?

Engga! Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Jodoh dan maut sudah tertulis di lauhul mahfuz bahkan sebelum manusia terlahir ke dunia. Berhijab sesuai syariat adalah kewajiban sebagai seorang muslimah, jadi kenapa harus takut? Justru dengan berhijab syar’i, lelaki yang “datang menghampiri” pun menjadi lebih tersaring. Lelaki yang baik untuk perempuan yang baik, begitupun sebaliknya. Jadi, tak sembarang lelaki berani datang melamar seorang wanita yang berusaha taat kepada Tuhannya. Menurut logika saya sih gitu, hehe ^^



Pelajaran berharga dari mantan?

Gue harus bisa lebih tegas mengambil keputusan dan memengang teguh prinsip. Gue juga harus lebih peka karena gak semua yang intens komunikasi sama gue tuh niatnya cuma jadi temen atau sahabat aja. Beberapa justru berharap lebih. Semuanya akan sangat berubah ketika mereka menyatakan perasaannya alias nembak. Tadinya kita akrab banget, bisa jadi canggung banget. Dan… gue paling benci kondisi itu.



Kenapa pengen nikah muda? Kuliahnya gimana?

Gelar sarjana bukan salah satu syarat seseorang dapat menikah, apalagi syarat sahnya suatu pernikahan. Kalau jodohnya datang sebelum sarjana, yaa saya mengikuti keinginan suami nantinya. Kalau masih boleh lanjut kuliah, yaa lanjut. Kalau engga juga gak masalah.

Gue pengen nikah muda karena no one knows the future but Allah. Gue gak tau kalau gue masih punya kesempatan jadi tua atau engga. Niat baik harus disegerakan.

Cita-cita gue bukan jadi perempuan terkaya dengan gelar pendidikan tertinggi di dunia. Cita-cita gue sederhana, gue cuma pengen memiliki kesempatan untuk berusaha menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia (istri yang sholehah) dan telapak kaki gue menjadi pintu surga bagi anak-anak yang sholeh/sholehah, yang kelak akan mendo’akan gue setelah gue meninggal dan menjadi syafaat di akhirat nanti, aamiin. Gue tau, cita-cita sederhana gue itu susaaah banget diraih. Makanya, semakin muda gue menikah, semakin banyak waktu atau kesempatan yang gue miliki untuk belajar dan berusaha meraihnya.

Eiiits, pengen nikah muda bukan berarti gak memilih yaa. Selain memilih yang terbaik, gue juga memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik. Jodoh kita adalah cermin diri kita sendiri. Semakin pengen nikah muda, seharusnya semakin semangat memperbaiki diri hehe
Menurut gue, nikah muda membawa keberkahan dan kebahagiaan luar bisa. MasyaaAllah. Sedangkan pacaran selagi muda hanya penuh maksiat dan membawa petaka. Naudzubillah.

Gue pengen nikah muda karena gue gak sabar untuk mencintai dan dicintai karena Allah. Gue gak sabar punya pasangan hidup yang saling mengingatkan kepada Allah dan hari setelah kematian. Gue gak sabar punya kekasih yang halal, bebas melakukan apapun, bahkan semua akan dinilai sebagai ibadah. Gue gak sabar untuk belajar dan berusaha melakukan beberapa aktivitas mengagumkan seperti; saling membangunkan untuk qiyamul lail, tilawah bareng, menyiapkan sarapan dan bekal, menyiapkan pakaian, cium tangan suami dan dicium kening oleh suami ketika akan berpisah atau baru bertemu, menjaga harta  suami (beberes rumah dan mengurus pekerjaan rumah tangga)ketika ia tak di rumah, bergandengan tangan ketika berpergian, berhias diri untuk menyenangkan hatinya, bercanda bersama, berantem mesra yang akhirnya malah bikin kita makin dekat, dan berbagai aktivitas menyenangkan lainnya sebagai seorang istri dan ibu muda nantinya. InsyaaAllah.
Gue tau, kehidupan rumah tangga emang gak mudah. Tapi kalau niatnya karena ibadah dan benar-benar ikhlas karena Allah, insyaaAllah bahagia dunia dan akhirat hehe aaamiiin.

Do’ain yaaa!!! ^^



Mau maharnya apa?

Sebaik-baik wanita adalah yang meminta mahar paling sedikit, dan sebaik-baik lelaki adalah yang memberi mahar paling banyak. Jadi, gue cukup minta sebuah Al-Qur’an sebagai mahar. Harapannya, gue bisa makin semangat membaca surat cinta-Nya, mengingat ia pun tanda cinta dari yang mencintaiku karenaNya hehe. Yaa, tapi kalau ia mau memberikan yang lebih dari itu sih dengan senang hati akan diterima hahaha :P



Terakhir untuk posting kali ini deh,
Lah kalau lu gak mau pacaran, gimana dong kalau gue mau lu jadi istri gue, tapi gue belum siap menikah?

Jangan pernah berhenti berdo’a dan memperbaiki diri. Tulang rusuk tak mungkin tertukar, dan jodoh pasti bertemu. Kita cukup bertemu dalam do’a, saling menjaga melalui do’a. Seandainya kita bukan jodoh, gue yakin, jodoh lu pasti lebih baik dari gue dan … beruntung bisa berjodoh sama lu. Good luck! :’)

Udah ah, segitu dulu. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kamu yang selalu memperhatikanku dari jauh, yang selalu menyebut namaku dalam setiap do’amu, yang sedang berjuang menghalalkanku.

Dari aku,
Yang berterima kasih untuk ketulusan cintamu.



*Agak jijik ini sebenernya hahaha*


Ini kalau ada yang masih belum jelas, tanyain aja lagi. Paling dibalesnya agak lama. Nunggu mood nulis dulu haha :D

Rabu, 29 Oktober 2014

Is it us?

Dear, 
My dearest future husband

Is it your name?
That Allah has written beside my name
Even before I could see the world

Is it your rib?
Where my rib came from
Even before I've been a living thing

Is it you?
Who is the answer of my du'as
Who would lead me to Jannah

Is it my name?
That Allah has put next to your name
Even before you could touch the air

Is it me?
Who is the answer of your du'as
Who would hold your hands in Jannah

Am I your destiny?
Are you my destiny?

Whoever you are
Wherever you are
How old you are
If Allah says that we would be one
I would say something to you

Never give up
Cos I'm here
Always make the best du'a
For you and me
For us

Whenever you would come
I would like to wait



With love,
Your future the one and only wife.





-NA29102014-

Sabtu, 13 September 2014

Welcoming Week in University a.k.a OSPEK



Assalamu’alaykum warrahmatullah

Apa kabar bro-sist? Udah sebulan yaa kita gak ketemu di blog ini hehehe. Semoga kabar dari bro-sist sekalian sehat dan baik-baik aja yaa, aamiin.

Nah kali ini, Nabila mau menceritakan aktivitas-aktivitas luar biasa yang Nabila lalui sepekan ini. Yap, PPBN dan P2SPT atau lebih mudahnya bisa disebut OSPEK.

Senin, 8 September 2014
Pertemuan pertama dengan teman-teman Fakultas Hukum 2014. Banyak banget mahasiswa baru-nya, bre. Hadir dari berbagai daerah di nusantara. Kakak-kakak seniornya juga kece-kece gitu deh hahaha. Kita dibagi menjadi 10 kelompok. Nabila masuk PK 5 dengan Kakak PK-nya yang super-baiiik banget, Kak Dwi dan Kak Indri. Di pertemuan ini, kita diberi arahan dan informasi untuk kegiatan-kegiatan pekan ini. Apa aja yang harus dibawa, digunakan, dan dilakukan. Banyak deh, sempet ngerasa “waduh, berat banget yaa pekan ini L”. Tapi karena mau gak mau harus dijalani, yaa reset aja mindset-nya jadi “Pekan ini bakal unforgottable!”. Jadi semangat lagi deh hahahah. Oiya, di PK 5 ini perempuannya lebih sedikit dari laki-laki. Nabila juga kenalannya sama temen-temen perempuannya aja sih hahaha. Pertama kenal tuh sama Kartiwi, Salwa, Vio, Memey dan Ribka.

Selasa, 9 September 2014
Hari pertama PPBN alias ospek universitas, Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Bangun pukul 3.30 WIB, berangkat pukul 05.00 WIB, nyampe rumah pukul 19.00 WIB, tidur pukul 21.00 WIB. Dengan berpakaian putih-hitam, persis seragam kasier, beratapkan tenda HITAM dan beralaskan lapangan rumput, kami harus berbagi oksigen dengan EMPAT RIBU LEBIH manusia. Blower yang tersebar di beberapa titik pun menjadi magnet tersendiri. Berdiri beberapa menit untuk upacara pembukaan, duduk berjam-jam untuk mendengarkan pemateri. Harus berperang melawan kantuk dan pegal yang hadir menambah kesan hari itu. Belum lagi tempat sholat yang disediakan tidak nyaman, tempat berwudhu yang juga apa adanya. Yasudahlah, lengkap. Penderitaan-penderitaan ini tentu membawa hikmah tersendiri, yakni BERSYUKUR SELAMA TIGA BULAN LEBIH SEBELUMNYA MENGANGGUR DI RUMAH YANG NYAMAN. Rindu kasur pun mulai dirasakan. Percayalah, BERDIAM DIRI DI RUMAH ADALAH NIKMAT.  Alhamdulillah, materi yang disampaikan cukup menyulut semangat nasionalisme. Acara ini pun dipandu oleh MC yang kocak dan sangat menghibur, yakni Pak Yanto, Kak Omes, Kak Syifa, dan Kak Igor. Nabila ngefans deh sama Kak Igor. Lucuuu banget, gemes banget liat gayanya. Sampe sekarang belum nemu nih akun twitternya L. Semoga sukses yaa, Kak!!! :D

Rabu, 10 September 2014
Hari kedua PPBN. Bangun pukul 04.30 WIB, berangkat pukul 05.00 WIB, nyampe rumah pukul 19.30 WIB, tidur pukul 21.00 WIB. Yaa, 11-12 lah dengan hari sebelumnya. Bedanya, kali ini sebagian besar kegiatan diadakan di luar tenda. Team Building. Oiya, Nabila termasuk Batalion Patimura Kompi 2. Seru banget games alias team buildingnya, walaupun panasnya puooool tenan. Aku rapopo. Oiya, di kegiatan PPBN ini, Batalion Patimura dipandu oleh beberapa Kakak-Kakak Batalion yang kece dan (paling) cakep di antara Kakak Batalion lainnya. Gak hafal semua namanya sih. Tapi coba di-list deh. Kakak paling favorite, Kakak Kece alias Kak Suci dari FKIP semester 3. Berani banget dan yang pastinya sih kece banget, unyu gitu deh hehe. Ada 2 dari Fakultas Hukum, Kak Bayu (sering dipanggil Kakak Judes) dan Kak Jenggot. Kak Bayu ini lucu, galak tapi suara sama ekspresinya gak pantes galak hahaha lucu kan? Nah, kalau Kak Jenggot, gak tau namanya siapa sih haha, baik banget kayanya. Modusin maba cantik FKIP di kompi 3 mulu. Pernah tiba-tiba nanya “Lu Nabila maba hukum, kan?” dan bikin Nabila berpikir “Waduh, salah apa yaa gue. Kena deh...”. Selanjutnya ada Kakak Taekwondo yang ikut UKM Taekwondo, maap kakak aku tak tau namamu hehe. Doi mirip sama Kakak dari FE yang ngomong “Percayain aja sama temen lu, ini teamwork” pas lagi games dan Nabila harus dipegang cowok. Terakhir, yang paling tinggi, pernah jadi cover boy majalah Aneka, mirip Oka Landak Gaul, gak tau dari fakultas mana, gak tau namanya siapa. Kece! Mehehehe :P Oiya, materi terakhir hari ini dari Bapak Abdul Basith tuh mantep banget. The Power of Dreams dan Affirmasi. Thank you pisan, Pak! ^^

Kamis, 11 September 2014
Hari terakhir PPBN. Spesial hari ini adalah ketemu Bapak Walikota Bogor 2014-2019, Bima Arya. Beliau membawakan materinya seru, bikin gak ngantuk dan segar. Bicaranya jelas dan terstruktur. Namanya juga pemimpin yaa... hehehe. Hari ini juga penampilan BEM, BLM, dan UKM yang ada di universitas. Beberapa ada yang menarik, tapi kayanya mau jadi “KUPU-KUPU” aja deh gak ikut-ikutan organisasi lagi. Target dulu dan sekarang berbeda, tjoy! :D Di PPBN ini, aku kenalan dan bahkan udah deket sama beberapa temen dari berbagai fakultas.  Pertama, Teh Yeni dari FMIPA jurusan Ilmu Komputer. Usianya udah 20 tahun, semangat belajar dan mencoba hal barunya itu loh, TJAKEP! Teh Yeni yang tinggal di Cigudeg ini mau ikut UKM Merpati Putih dan Palapa. Mantep euy, teh! Ckck. Kedua, ada Rien dari FKIP jurusan PBSIndonesia. Gadis Karawang ini emang minat banget jadi guru Bahasa Indonesia. Jago berpuitis ria, jago nulis. Nyambung banget kalau diajak ngobrol. Kita udah merencanakan tour keliling Bogor loh, Nabila jadi guide-nya hahaha dia percaya aja lagi wkwk. Dimulai dari menjelajah Kebun Raya Bogor pada Sabtu mendatang. Do’ain bisa lancar dan menyenangkan yaa tour kami hahaha aamiin. Ketiga, ada Putri atau bisa dipanggil Acin, wajah cina-jepang-tionghoa gitu deh. Seinget Nabila sih dia anak Sastra Indonesia dari FISIB. Baik banget, suka anime, suka korea jugaaa. Daebak pisanlah! Sebenernya masih banyak kenalan-kenalan lainnya, tapi yang cukup dan paling dekat yaa baru mereka. Semoga kita sukses dengan pilihan dan impian masing-masing yaa, kawan! :D

Jum’at, 12 September 2014
Hari pertama P2SPT alias ospek fakultas. Seru banget acaranya, karena emang kakak-kakak panitianya ramah banget. Banyak yang kece pula hahaha teteeeup. Disini aku ketemu lagi sama temen-temen dari PK 5, plus Shindy dan minus Salwa yang pindah ke PK lain. Kenalan sama yang laki-lakinya juga. Erwin, Adam, Alul, Zulfikar, Zee, dan Soekarno. Mereka baik-baik banget deh hehehe. Ada pengangkatan Jendral-Jendril a.k.a ketua angkatan. Jendral kami adalah OR, dan Jendril kami adalah Salwa. Semoga dapat menjalani amanah menjadi Jendral-Jendril yang bertanggung jawab yaa! :) Sayang, karena kondisi fisik Nabila yang makin drop (semalam demam, dan dipaksakan hadir di hari pertama P2SPT), Nabila harus pulang lebih dulu dan gak bisa ikut P2SPT hari terakhir. Oiya, di P2SPT ini banyak temen-temen yang ngefans sama juru potret, Kak Fahmi Sungkar, karena wajahnya (yang katanya) arab banget dan manis itu hahaha iyasih cakep. Tapi masih cakepan My Future Halalmates doooong hahaha. Kalau Nabila sih ngefansnya sama Kakak PK 5, Kak Indri yang ramah banget, Kak Dwi yang super-baiiik banget. Nabila juga ngefans sama Kak Esa, Koordinator Kakak PK, yang minjem nametag Nabila untuk ngambilin permennya hahaha. Kak Esa ini unyu banget, suka banget liat Kak Esa memperagakan gerakan di depan, suka banget cara bicara dan bahasa tubuhnya. Mirip oppa-oppa kece di Korea gitu deh. Dan ternyataaa, Kak Esa emang suka hal-hal yang bernuansa Korea. Aaaaaarggghhhh, daebak pisanlah! :D

Yaaap, begitulah Welcoming Week in University versi Nabila. Capek banget, seru banget, dan pengalaman yang UNFORGOTTABLE pisan. Sampe lupa kalau senin udah mulai kuliah, tapi belum ngisi SKS huhuhu. Do’ain yaa biar Nabila bahagia terus menjalani lika-liku kehidupan perkuliahan.  Segera tercapai semua target dan impian Nabila. Aaamiiin. Terima kasih udah mau baca report versi Nabila hehehe

Yel-Yel Utama P2SPT
Kami cama-cami (cama-cami), uuuuuu
Dengan suka hati (suka hati), uuuuuu
Siap menjalani (menjalani), uuuuuuu
P2 SPT
Kami semua gembiraaa

Salam Ditolak
Salam ditolak, emang gak enak
Salam ditolak, emang gak enak
Jangan tolak salamku
Akan ku ulang lagiii

Salam Diterima
Terima kasih kakak
Salamku diterima
Hatiku berbunga
Makasih kakaaak



Sunday, September 14th 2014
Dari yang sudah resmi menjadi Mahasiswi Fakultas Hukum,
Nabila

Selasa, 12 Agustus 2014

New Dreams



Impian boleh gugur
Namun asa tak boleh setitik pun pudar
Karena bersama impian yang gugur
Allah suburkan harapan baru
 
Keinginan hati untuk “cuti” setahun pun kandas karena restu orang tua yang tak kunjung didapat. Impian untuk menjadi seorang dokter pun lenyap tanpa sisa.
Ya, Ayah dan Abah (Kakek) menginginkan saya tetap kuliah tahun ini. Walaupun tidak di PTN, minimal harus tetap kuliah dan tidak boleh “nganggur” begitu saja. Penjelasan dan negosisasi sudah saya usahakan dengan maksimal. Melalui istikhoroh dan petunjuk Allah, saya sadar, bahwa saya tidak bisa terus-menerus memaksakan kehendak saya. Saya sudah mengecewakan Ayah dan Ibu berkali-kali, biarkanlah kali ini saya merelakan keinginan saya dan menurut dengan apa yang diinginkan oleh Ayah dan Ibu. Berbakti sebagai seorang anak memang berat, tapi pelan-pelan saya mulai belajar menerima bahwa hidup ini tak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. 

Alhamdulillah, setelah melalui test gelombang terakhir, nama saya akhirnya tercantum sebagai mahasiswi. Kini, saya resmi menjadi calon mahasiswi Fakultas Hukum – Universitas Pakuan, Bogor.
Walau tak pernah terpikir sedikit pun untuk melanjutkan studi di UNPAK, saya sangat bersyukur dan bahagia menjadi bagian darinya. Lokasinya yang masih bisa dikejar pulang-pergi, lingkungan kampus yang cukup asri dan dekat dengan beberapa objek kuliner hahaha. Semoga selanjutnya akan berjalan dengan lancar dan menyenangkan.

Kenapa harus UNPAK, bil? 

Karena Ayah dan Ibu. UNPAK juga gak kalah keren kok dibanding universitas lain. Penyaringan mahasiswanya juga lumayan ketat.

Kenapa harus FH, bil?

Emang putar arah jauh banget sih dari kedokteran, tapi terdengar deket kok antara FK dan FH hehe sama-sama keren insyaaAllah tergantung individu masing-masing.

Mau jadi pengacara, bil?

No way. Saya ingin jadi full-time wife and mother. Tapi yaa kalau dikasih kesempatan untuk lanjut master degree sih saya pengennya jadi notaris aja. 

Kuliah atau nikah?

Tergantung situasi dan kondisi sih. Saya ingin fokus kuliah dulu. Tapi gak menutup kemungkinan kalau saya akan menikah dan sebelum jadi sarjana. Allah knows best.




Yap, saya harap itu semua cukup untuk menjawab pertanyaan teman-teman mengenai langkah baru yang saya ambil dan impian-impian baru yang tumbuh di langit asa saya.
I wish we can be the best of ourselves wherever we were in, aamiin.

Dengan semanagat baru,
@nabilawidodo

Senin, 30 Juni 2014

Failure Leads Me Back To The Right Way


Beberapa waktu yang lalu, saya harus menelan getirnya kegagalan di jalur SNMPTN. Saya hanya mendapat kesempatan sekali seumur hidup untuk berhasil atau gagal melalui jalur ini, namun takdir mengharuskan saya gagal saat itu. Saya tidak terlahir sebagai seseorang yang ambisius dan berorientasi pada bidang akademik. Hal ini sangat membantu  ketika saya mengalami kegagalan seperti ini. Tapi, kegagalan menjadi luka bukan karena seseorang yang mengalaminya adalah ambisius. Bukan. Kegagalan akan menjadi luka yang sulit diobati ketika orang-orang yang disayangi pun harus merasakan kegagalan. Tak tergambarkan hancurnya hati saya melihat Ayah dan Ibu berusaha menghibur dan menyemangati saya, sedang kekecewaan tak dapat disembunyikan dari wajah teduh keduanya.

Beruntung, saya bukan tipe orang yang memikirkan kegagalan hingga berlarut-larut. Bagi saya, kegagalan hanya akan tetap menjadi kegagalan jika kita tak berusaha mengubahnya menjadi sebuah kesuksesan. Saya memberi waktu sehari kepada diri saya untuk menerima kegagalan dan belajar mengikhlaskannya.

Keesokan harinya, saya mulai merancang strategi untuk berhasil di jalur-jalur akhir menjadi mahasiswi PTN tahun ini. Saya mengejar ketertinggalan di lebih dari satu tempat bimbingan belajar, mengikuti beberapa program intensif. Hampir setiap hari, sejak teriknya mentari  hingga gelap dan dinginnya malam menyapa, saya memforsir tubuh dan pikiran. Setiap kali saya mulai merasa lelah, saya mengingat kembali ekspresi Ayah dan Ibu beberapa waktu lalu sehingga semangat belajar saya pun melesat luar biasa. Beberapa waktu, saya menghilangkan jenuh dengan berdiskusi bersama kakak-kakak kelas saya tentang bagaimana perjuangan mereka dulu ketika berada di posisi saya. Saya pun menyadari bahwa ikhtiar saya masih belum maksimal seperti mereka.

Selama proses itulah saya menemukan begitu banyak ibroh dari kegagalan saya. Melalui kegagalan, Allah memberikan saya banyak kesempatan yang mungkin akan terlewatkan begitu saja ketika saya secara cuma-cuma diberikan keberhasilan. Melalui kegagalan, saya bertemu dengan banyak sahabat-sahabat baru, guru-guru yang sangat menginspirasi dan kesempatan merasakan semangat belajar yang luar biasa. Saya pun akhirnya mensyukuri kegagalan saya. Saya tumbuh menjadi seorang manusia yang menikmati kegagalannya, menikmati skenario Allah untuk perjalanan hidup saya.

Hari ujian (SBMPTN) yang ditunggu akhirnya tiba. Saya sangat yakin bisa lolos seleksi ini, minimal di pilihan terakhir. Nervous. Allah kembali menguji pada titik terlemah saya. "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?" (QS Al-Ankabut:2). Ketika saya mulai mengisi identitas di lembar jawaban, alarm dari handphone saya berbunyi di dalam tas yang sudah saya simpan di depan ruang ujian. Saya segera mematikannya. Beberapa detik setelah saya duduk kembali, salah satu pengawas menghampiri saya. Saya diminta untuk menandatangani berita acara. Alhasil, selama ujian saya tidak bisa fokus dan kehilangan konsentrasi. Seingat saya, kalau nama sudah tertera di berita acara, maka sejurus kemudian habis sudah harapan untuk lolos ujian. Gagal sebelum berperang karena sebuah halangan yang seharusnya tidak menjadi halangan. Terbayang kembali wajah kecewa Ayah dan Ibu. Terbayang pula aktivitas ketika harus ‘menganggur’ selama setahun kemudian beserta komentar keluarga dan sahabat mengenai kegagalan saya yang terulang kembali. Saya kalut dan tak sanggup mengatur emosi. Mata perih dan akhirnya menghasilkan beberapa bulir air mata kekecewaan. Pikiran negatif pun terus menghantui saya selama perjalanan pulang. Setibanya di rumah, saya langsung meminta maaf kepada Ayah dan Ibu karena harus mengecewakannya lagi. Saya mengurung diri di kamar, berdialog pada diri,  menenangkan pikiran agar bisa bangkit secepatnya. Sempat terlontar sebuah pertanyaan durhaka dari ucapan saya, “Yaa Allah, ujian apa lagi ini? Apa maksud semua ini, Yaa Rabb?”. Seusai sholat dzuhur, saya memilih untuk tidur sebagai penghilang stress.

Saya terbangun kembali dan segera melaksanakan sholat ashar. Ketika berwudhu, airnya seperti menyentuh hingga ke relung jiwa. Menyadari betapa durhaka saya sebagai hamba. Saya pun kembali larut dalam tangisan penyesalan. Takbiratul ihram, menggetarkan hati saya. Saya sadar bahwa kuasa Allah sangatlah besar. Jika Allah berkehendak, bukan perkara sulit untuk meloloskan saya (bahkan di pilihan pertama) dengan nama masih tertera di lembar berita acara. Tiba di kalimat wamahyaya wammamati lillahi rabbil’alamin, tersentak lahir dan batin saya. Saya kalut, bahkan hingga durhaka kepada Allah hanya karena kegagalan mencapai hal yang fana. Lupa diri hingga tak terasa menjadi ambisius pada perkara duniawi. Sungguh sangat merugi, jika Allah tak memperkenankan ampunanNya untuk saya. Dalam sujud paling panjang, saya memohon ampunan dari Dzat yang Maha Pengampun, saya mengakui kebesaran Allah dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikanNya, termasuk nikmat kegagalan yang bertubi-tubi ini.

Saya masih memiliki kesempatan terakhir menjadi mahasiswi PTN di jalur mandiri. Seleksi mandiri diadakan beberapa hari setelah seleksi bersama. Selama beberapa hari itu, saya belajar dengan sistem yang lebih santai. Bahkan sebagian besar waktu saya habis untuk bermain games di laptop, mengelola bisnis-bisnis yang sempat terlantar dan lebih banyak merayu keajaiban pada Tuhan penguasa alam semesta beserta seluruh isinya. Hingga harinya pun tiba. Ayah berpesan agar saya tetap tenang apapun yang terjadi. Alhamdulillah, seleksi berjalan lancar. Berjuta harapan masih tergantung tinggi di langit. Senyum pun tak pernah lepas menghiasi hari. Setelah seleksi mandiri, ada sedikit perasaan lapang yang sulit dijelaskan. Bebas untuk sementara waktu. Saya pun bisa total menyiapkan diri untuk optimal beribadah dan beraktivitas di bulan Ramadan.

Pada akhirnya bersama tulisan ini, saya memutuskan untuk posponed dalam bidang akademik selama setahun. Masih banyak hal yang belum saya tunaikan sehingga Allah mungkin belum memberi saya jalan untuk menjadi mahasiswi PTN tahun ini. Setahun ini saya akan fokus memperbaiki diri, mendekatkan diri pada Rabbul Izzati, birrul walidain, mempelajari materi pelajaran dari dasarnya, mengembangkan bisnis-bisnis saya yang mulai tumbuh dan yang paling utama, saya ingin fokus mewujudkan cita-cita saya sejak kecil, yaitu menjadi hafidzoh(*). Saya sangat mensyukuri kegagalan saya yang membukakan mata hati dan pikiran saya yang nyaris digelapkan oleh perkara dunia. Sungguh saya sangat bersyukur.


Inilah kisah dari rantaian kegagalan yang Allah karuniakan kepada saya untuk menjadikan saya pribadi yang lebih baik, muslimah yang lebih patuh pada perintahNya dan hamba yang mensyukuri nikmatNya. Sungguh, saya menulis tulisan ini hanya untuk berbagi bahwa selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Allah menciptakan segala sesuatu dengan pasangannya, setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Hari ini mungkin gagal, esok boleh jadi sukses luar biasa. Semoga Allah senantiasa menjaga niat saya dalam menulis, melindungi saya dari penyakit riya dan sombong yang terkandung dari tulisan ini hingga tulisan ini berada di hadapan pembaca sekalian.

Mohon maaf untuk kalimat yang kurang berkenan. Mohon do’anya agar rencana-rencana saya akan berjalan dengan baik dan menghasilkan sebuah kesuksesan yang hakiki. Mohon do’anya pula agar saya diberi keikhlasan dan kelapangan hati dalam menerima apapun yang menjadi keputusan Allah sebagai takdir saya. Terima kasih telah membaca tulisan ini hingga akhir. Berharap Allah memberikan kelancaran pada setiap urusan kita, aamiin.


 “You can't have any successes unless you can accept failure.”

 -George Cukor


2 Ramadan 1435H
with love, @nabilawidodo

 (*) The further story will be written soon.